Senin, 13 Februari 2017

Sejarah Kebudayaan Cianjur

Sejarah Cianjur

Tiga abad silam merupakan saat bersejarah bagi Cianjur.

Berdasarkan sumber sejarah yang tertulis, sejak tahun 1614, daerah Gunung Gede dan Gunung Pangrango ada di bawah Kesultana Mataram.
Sekitar tanggal 2 juli 1677 disebutkan, Raden Wira Tanu putra R. A. Wangsa Goparana Dalem Sagara Herang mengemban tugas untuk mempertahankan daerah Cimapag. Upaya Wira Tanu untuk mempertahankan daerah ini, erat kaitannya dengan desakan Belanda / VOC saat itu yang ingin mencoba menjalin kerjasama dengan Sultan Mataram Amangkurat I. Namun sikap patriotik Amangkurat I yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda / VOC mengakibatkan ia harus rela meninggalkan keraton tanggal 2 juli 1677. 
Kejadian itu memberi arti bahwa setelah itu Mataram berlepas diri dari wilayah kekuasaannya.
Informasi tersebut sampai di Cianjur sepuluh hari kemudian, yaitu tanggal 12 juli 1677. 
Atas dasar itulah maka ditetapkan bahwa hari jadi Cianjur jatuh pada 12 juli 1677 sebagaimana yang tertuang dalam perda No. 27 tahun 1982, Lembaran daerah No. 4 tahun 1982 seri D tanggal 17 juli 1982 tentang penentuan Hari Jadi Cianjur.

Inilah beberapa bangunan yang cukup bersejarah di Cianjur antara lain:

1. Masjid Agung




Masjid Agung Cianjur ini terletak di pusat Kota Cianjur yang dibangun pertama kali pada tahun 1810. Sayangnya penduduk yang merintis pembangunan Mesjid ini tidak tercatat dalam sejarah sebagaimana sejarah Mesjid-Mesjid Agung di daerah lainnya. Mesjid ini dibangun diatas tanah wakaf milik Ny. Raden Bodedar binti Kangjeng Dalem Sabirudin, yang merupakan Bupati Cianjur yang ke-4.Luas Mesjid ini pada mulanya 400 m. Lalu berkembang menjadi 2500 m. Serta mengalami beberapa kali perbaikan. Yang paling intensif adalah sejak tahun 1997 sampai tahun 2000 yang menelan biaya kurang lebih Rp. 10 milyar. Desan modern dan klasik menjadi ciri khas mesjid ini yang dapat menampung sekitar 4000 jemaah. Disinal biasanya salah satu tradisi masyarakat Cianjur yaitu Ngaos dilaksanakan. Terutama ketika peringatan hari-hari besar Islam seperti Ramadhan, Nuzulul Quran, Isra Miraj dll. Mesjid ini akan ramai oleh gelombang lautan manusia yang dengan antusias mendatangi mesjid.


2. Istana Presiden Cipanas




Istana Presiden cipanas dibangun pada tahun 1740 oleh Van Heuts di atas tanah seluas 25Ha. Istana ini terletak dibawah kaki Gunung Gede.Kompleks istana ini terdiri atas gedung induk dan tujuh buah paviliun, dilengkapi dengan sarana olahraga. Luas gedung merupakan bangunan panggung seluas 950 m2.Setiap ruangan terisi mebel dan ukiran dari jepara dan koleksi lukisan-lukisan karya pelukis terkenal, seperti Basuki Abdullah, Sudjojono, dan Lee Man Kong. Beberapa bangunan diberi nama tokoh pewayangan. Beberapa paviliun baru selesai pada 1916 dan yang terbaru adalah tahun 1984. Di bagian belakang istana terdapat kolam air mancur bergaris tengah 27 meter.



Adapaun beberapa cinderamata yang merupakan hasil dari kerajinan Budaya Cianjur, antara lain :

a. Lentera Gentur
Lentera gentur dibuat dari kuningan dan bahan kaca berwarna dengan desain yang artistik merupakan salah satu kerajinan yang sudah terkenal, berlokasi di Kecamatan Warungkondang.f. Sanggar BambuKursi dan meja artistik ini dibuat dari bambu oleh pengrajin di Kota Cianjur. Kursi bambu ini cocok untuk dipasang di ruang istirahat. Sanggar bambu ini mendapatkan penghargaan upakarti tahun 1992.





b. Kerajinan keramik
Kerajinan keramik berlokasi di Kecamatan Ciranjang pada satu sentra produksi dan satu unit usaha oleh lima orang pengrajin.




c. Miniatur Kecapi
 Kerajinan miniatur kecapi terbuat dari logam atau kayu yang dibuat sesuai dengan aslinya. Alat musik ini biasa digunakan untuk mengiringi tembang cianjuran termasuk berbagai jenis lagu sunda lainnya.




d. Sangkar Burung
Satu kerajinan yang bernilai ekonomis produktif berlokasi di Kecamatan Karangtengah. Kerajinan ini pernah mendapatkan upakarti tahun 1994.







LAMBANG dan MOTO Kota Cianjur


Makna Lambang :

1.    Perisai, melambangkan ketangguhan fisik dan mental.
2.    Warna dasar kuning emas, melambangkan kehidupan yang abadi.
3.    Gunung berwarna hijau, melambangkan kesuburan.
4.    Hamparan warna biru, menunjukkan air yang melambangkan kesetiaan dan ketaatan.
5.    Dua tangkai padi bersilang berwarna, masing - masing berbutir 17 melambangkan ketentraman dan dinamika kehidupan masyarakat yang dijiwai semangat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
6.    Simpul pita berwarna kuning emas, melambangkan sifat persatuan dan kesatuan.
7.    Motto Sugih Mukti, melambangkan kesejahteraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close
Banner iklan disini